Hijrah #1: Ini tentang sebuah pelarian

by - March 12, 2015

8 Maret 2015
Assalamualaikum,

Perjalanan dimulai ketika tiba di Changi airport. Sempat kaget, karena bandara yang berada di Singapura ini terintegerasi dengan mall. Tidak hanya mall saja, hampir semuanya ada disini. Ketika ingin mencari makanan, maka semua restoran dari harga atas hingga harga normal ada disini. Ingin mencari hiburan, ada kok dari nonton film gratis, main games LAN bahkan hingga PS3 (mungkin) ada dan gratis tis tis.

Penampakan Taman di Changi Airport

Salah satu andalan taman dengan berbagai suara burung di terminal 2. Di tiap terminal memiliki objek tersendiri yang khas. 

Karena next flight jam 0000 malam, maka secara tidak langsung saya menghabiskan sebagian waktu transit yang 10 jam itu dengan mengikuti tur gratis. Ya tepat sekali, tur gratis.
Di tur itulah pertama kalinya melihat dunia luar selain Indonesia. Saya pikir Singapura adalah negeri yang sangat besar dan industrinya maju. Disini saya melihat kenyataan, bahwa sebenarnya apa yang saya pikirkan tidak sebegitu wahnya. Negeri ini mayoritas dipenuhi oleh pendatang, komoditi pun tidak punya dan hanya mengandalkan pelabuhannya. Bisa sangat diakui, pelabuhannya memang sangat-sangat besar dan banyak kapal lalu-lalang. Namun, apakah memang hal ini yang membuat Singapura maju?

SDA sedikit, SDM sedikit, namun mereka bisa. Lantas bagaimana dengan Indonesia?
Terus berlalu, di Singapura banyak pendatang investasi di sector property. Harga terus melambung, dan keamanan terjamin. Banyak juga yang datang ke Singapura untuk berbelanja, atau bahkan untuk sekedar berjudi. Lantas saya berpikir, bukan sebuah omong kosong bagi sebuah negara untuk memaksimalkan pintu masuknya yakni pelabuhan dan bandara sebagai pusat ekonomi, sedangkan permasalahan komoditi dan teman-temannya, mereka cukup dengan menyalurkan komoditi yang datang dari luar. Indah ya? Hanya jadi agen tanpa perlu mengolah sulit-sulit.



Pusat perjudian dan pusat entertainment (kalo nda salah)



Chinatown




Ya, ini dia salah satu taman di bandara. Indah sekali, benar-benar memanjakan para pendatang. Tak dapat dipungkiri jika changi airport digolongkan sebagai salah satu bandara terbaik didunia.
Karena tidak ingin tertinggal pesawat, saya bergadang sepanjang malam menghabiskan waktu transit dekat gate tujuan. Jam 0000, saya berangkat. Halo Taipei, saya siap menujumu~


9 Maret 2015
Setelah 4 jam perjalanan yang saya isi dengan tidur, sampailah di suatu Bandara di Taipei. Awalnya saya mengira Taipei ada di China, ternyata salah. Tepatnya di Taiwan. Dari awan saya melihat sebuah bagian kecil dari negara Taiwan ini, sebuah negara berkembang yang akan terus berkembang. Setibanya di bandara, kami diarahkan untuk menuju tempat transit. Awalnya saya tersesat, tulisan semua tak dapat dimengerti. Namun ada orang dari pihak maskapai scoot melambai-lambaikan tulisan Tokyo Transit here. Saya bergegas menuju ia.

Oke setelah sampai ternyata ada security check lagi. Harus melepas jaket, mengeluarkan computer dari tas, melepas jam paspor sabuk. Setelah itu, karena tidak diperbolehkan membawa air minum kedalam kabin maka saya menahan haus saya dan berusaha hanya untuk minum nanti dibandara Narita Jepang. Namun faktanya, sebagian besar orang setelah melalui security check, mengisi tempat minum mereka dengan air drinking water di tempat transit area untuk diminum saat dipesawat. Oke-oke biarlah saya kehausan. 4 jam menuju Narita airport. Oke mari lanjutkan tidur yang tertunda.

Narita airport. Oke setelah perjalanan panjang saya tiba di Narita jam 12 siang. Oh ini namanya Jepang. Semua orang serba jalan cepat, sibuk dengan gadgetnya masing-masing.




Setelah sampai, saya kemudian bergerak untuk mencharge hp. Karena setelahnya saya akan melalui waktu yang sangat panjang. Oke saya mencari tempat mencharge hp.

Pelajaran pertama, jangan lupa membawa universal adaptor. Karena colokan di jepang itu gepeng 2 keping, sedangkan di Indonesia bullet 2 keping. Input voltase di Jepang 100V/2A, di Indonesia 220V/2A. Berbahaya menggunakan peralatan elektronik seperti hairdryer mesin cuci dsbgnya. Kalau HP dan laptop sejauh ini aman.

Jangan lupa ya Universal Adaptor, ada di toko 51, harganya 25 ribu. Dibandara Narita juga ada, namun sekitar 30ribu. Terserah mau beli dimana hehe. Oke, setelah itu saya membeli SIM hp untuk koordinasi dengan kakak, karena kakak ingin menitip sebagian barang. Ada berbagai macam packet plan, saya ambil yang 15 hari packet data. Karena saya hanya membutuhkannya untuk 12 hari. Di Jepang, sinyal semua sudah serba 4G LTE. Namun untuk menjaga kesinambungan jaringan, maka hanya dibatas untuk pemakaian 100MB pertama. Kartu itu harganya 3k yen.

Pelajaran kedua, di Jepang kalo beli SIM Card, harus setting APN sendiri, ga akan ada operator SMS kamu seperti Telkomsel GPRS, Telkomsel MMS. Kita harus setting manual, setting manual didapatkan tata caranya di gugel. Password dan username ada di kertas tempat SIM Card.

Sebelum berangkat, saya harus memastikan makan dulu. Dengan berbagai macam restoran yang sangat sulit memastikan mana yang halal dan haram, maka saya mengandalkan apa nasihat dari berbagai traveler dari Indonesia. S***n e****n adalah pilihan yang bijak, harga terjangkau dan setidaknya mendekati halal.

Pelajaran ketiga, makanan yang mengandung banyak kuah atau ada saus rata-rata menggunakan babi atau minyak babi atau bahkan sake. Makanan kering tanpa kuah, atau telor, ikan, nugget +mayo dan nasi adalah piihan bijak mengenai makanan mendekati halal.

Setelah makan selesai, saya bertemu orang Indonesia. Sebutlah ia bekerja sebagai pialang saham di Indonesia dan bangkrut, ditawarkan pekerjaan di Jepang, ia membayar temannya untuk mengatur segala macamnya dan menjanjikan akan di jemput di bandara. Namun setelah menunggu 2jam dan di WA/line ga dibales. Dia ditipu. Di meminta tolong ke saya agar bisa ke rumah temannya. Minta uang kesaya sekitar 10k yen. Saya hanya bisa membantunya lewat saran, ke meja informasi dan minta ijin telfon kedubes RI di Tokyo untuk minta di jemput. Syukur-syukur di deportasi balik ke Indonesia. Mukanya langsung memerah, mungkin ia benci karena saya tidak bisa membantu, dan lebih meyuruhnya untuk di deportasi daripada memberikan bantuan. NAMUN,

Pelajaran keempat, jangan terlalu bodoh percaya terhadap tawaran pekerjaan di LN. Selalu cek kebenaran info melalui kerabat yang terpercaya di negara yang bersangkutan. Hal ini juga berlaku untuk acara-acara conference, workshop dan teman temannya.

Pelajaran kelima, jangan terlalu bodoh untuk membantu orang meskipun satu negara. Banyak di forum traveler mengakui dirinya ditipu karena terlalu baik memberikan uang yang sebenernya bukan sedikit, bahkan banyak. Maka pertolongan paling bijak yang anda dapat lakukan adalah memberikan kesempatan bagi ia menggunakan telfon umum menelfon kedubes negara asalnya di negara yang bersangkutan.

Setelah keluar dari daerah kedatangan bandara, saya ketemu dengan bapak-bapak memegang pamphlet WCDRR. Saya langsung nanya kemana saya harus melanjutkan perjalanan. Dikasih lah saya pamphlet berbagai macam cara untuk sampai di Tokyo. Namun saya bingung, kok tidak ada pilihan bis. Padahal di kertas petunjuk akomodasi, dari Narita ke Tokyo dengan bis seharga 1k yen. Tentu jauh lebih murah dibandingkan dengan harga kereta yang bisa 3k yen atau 5k yen.

Pelajaran keenam, dari Narita bisa menggunakan bis. Namanya Keisei bis, harga 1k yen sampai di Tokyo. Perjalanan sekitar 1jam 30 menit. Bisa masukin bagasi. Jadwal tergolong sering, jadi tak perlu khawatir menunggu.

Setelah itu membeli tiket, dan ternyata beda waktu antara waktu saat itu dengan bis hanya sekitar 5menit. Lantas saya langsung menanyakan dimana tempatnya, dan langsung berlari keluar membawa koper dan tas yang bisa mencapai 30kg itu.




Penampakan bis belakangnya aja dan penampakan depan Narita


Di tiket tertera gate bis. Ternyata di depan Narita ada berbagai macam gate untuk bis. Kita harus berdiri di tempat yang tepat sehingga naik  bis yang tepat. Saya temukan bis saya. Bis sudah dalam keadaan stand by. Mungkin saya adalah penumpang terakhir yang naik. Segera saya serahkan koper saya dan saya diberikan tiket untuk mengambilnya nanti di tempat bis. Oke perjalanan menuju Tokyo dimulai, kata forecastnya Tokyo hujan. Ah apalah ramalan cuaca, di Indonesia selalu kurang tepat kok. Bis tinggal tepat waktu sesuai dengan di tiket, tidak terlambat 1 menitpun. Tidak ada penumpang VIP yang ditungguin, semuanya serba tepat waktu.



Mari kita berangkat! Saya habiskan waktu untuk tidur dalam perjalanan.

Tepat sekitar jam 3 sore, saya terdampar di tengah-tengah Tokyo dengan batre hp ternyata sisa sekitar 30 persen. Untuk perjalanan panjang hari ini hanya 30 persen? Entah bagaimana bisa melanjutkan hidup di suatu negara antah berantah disini. Maka, perjalanan dimulai! Mari taklukan Tokyo! Setidaknya itu yang ada dipikiran saya sebelum keluar bis.
Setelah keluar bis, ternyata benar. Forecast sangatlah penting dipantau sebelum beraktivitas.

Pelajaran ketujuh, sangatlah penting membaca/memantau forecast cuaca tiap sebelum beraktivitas. Dari sini kita bisa prepare apa yang harus dibawa dan apa yang harus dikenakan ketika berpergian.

Sesuai dengan apa yang telah direncanakan, saya langsung mencari toko bernama Family Mart, Sunkies, atau semacamnya. Tujuannya bayar tiket bis. Setelah masuk dan langsung menuju vending machine buat bayar tiket. Alhamdulillah, pelajaran lainnya. Paniklah! Gimana, tiket besok masa belum dibayar. Deadline malam itu jam 23:59 LC. Terus gimana? Entah. Saya sedih, masa saya harus jalan ke Sendai, jalan dari Merak ke Bandung?

Terus menerus nyoba, dengan vending machine bahasa alien, dari situ saya merasa sedih. Gagal, semua kemampuan bahasa inggris yang udah pas-pas an ini ternyata semakin ga ada gunanya. Terus menerus memutar kepala, oke kalau begini caranya saya harus menggunakan hp untuk membooking kembali tiketnya, dengan begitu secara tidak langsung saya harus membuang 5persen dari 30persen batre hp saya untuk mengarungi Tokyo. Oke, ini jauh lebih baik daripada harus jalan kaki dari Tokyo ke Sendai.

Pelajaran kedelapan, dalam melakukan perjalanan antar kota, mungkin willerbus adalah pilihan yang bijak, karena dengan menggunakan willerbus, kita dapat check in baggage, terus perjalanan aman nyaman dan terjangkau yakni sekitar 3000-4000yen. Tentu jauh jika dibandingkan dengan bullet train/shinkansen. Untuk tata cara pembayaran melalui vending machine, ada guidenya. Jadi ga perlu bingung.

Booking ulang perjalanan, ternyata kesalahannya selama ini adalah, memasukan kode ke vending machinenya berupa kode booking, bukan kode pembayaran via conveinance store. Oke 5persen batre berharga hilang begitu saja. Namun, Alhamdulillah akhirnya setidaknya terbayar sudah itu tiket bis. Sekarang perjalanan utama aman, tinggal bagaimana mengarungi kota ini. Sesuai dengan beberapa saran dan apa yang dibaca di internet maka pilihannya adalah Tokyo metro pass. Bisa dibilang sebuah tiket untuk mengarungi kota Tokyo gratis selama satu hari. Tiket itu bernilai 1000yen. Namun pertanyaannya adalah bagaimana menuju stasiun. Saya terdampar diantara gedung-gedung besar antah berantah tanpa tau jalan mana yang harus saya tempuh. Menanya kepada orang? SALAH, taka da gunanya disini.

Saya terus berjalan tanpa arah mencari sebuah stasiun, maka secara tidak sengaja berpas-pasan dengan seseorang bule, entah mengapa disini saya sangat bersyukur bertemu dengan bule pertama kalinya. Dari ia, saya tau bagaimana menuju stasiun dan membeli tiket untuk Tokyo metro pass. Setelah perjalanan jauh, mungkin ada 10km berlalu, saya akhirnya menemukan sebuah stasiun untuk membelinya. Niat utama adalah, menuju Shinjuku terus naro koper baru berpergian dengan hanya menggunakan tas biasa. Ya, setidaknya itu adalah rencana utamanya

Pelajaran kedelapan, vending machine buat tiket kereta api itu bisa diubah jadi bahasa inggris. Jadi ga usah khawatir nanya-nanya orang.

Setelah itu bayar dengan harga 1k yen setelah memilih menu Tokyo Metro Pass. Ini gambar tiketnya



Dengan tiket itu dan berbekal saya menuju langsung target utama, stasiun Tokyo, menuju Masjid Camii terlebih dahulu untuk sholat, baru menuju Tokyo Tower.

Itu rencananya, entah kenapa sepertinya semua rencana saya tak berjalan lancar. Karena sudah sore, dan ga sempet buat solat, maka saya utamakan ke masjid camii dulu. Setelah turun dan naik beberapa kali, dan tersesat beberapa kali, maka ternyata saya gagal paham. Maksudnya ternyata mencari sebuah Masjid ditengah Tokyo bukanlah hal mudah. Ini dikarenakan, saya ga bawa peta, dan hanya mengharapkan batre HP untuk GPS an. Setelah sampai stasiun terdekat, waktu sudah memasuki jam 1710. Ini sudah sangat mepet dengan Maghrib. Saya langsung aktifkan mode GPS, ternyata Masjid Camii itu sangat jauh sekali dari kondisi saya berada.

Disitu saya merasa sedih. Untuk jalan lebih dari 20km, dalam waktu 20 menit adalah hal tak mungkin.

Pelajaran kesembilan, untuk menjelajah Tokyo pastikan membawa petanya. Dengan demikian plan perjalanan akan jauh lebih mudah. Biasakan juga sholat di gabung di awal, karena sangat sulit sekali untuk memaksakan sholat tetap pada waktunya, terutama tempat sholat.

Dengan demikian, mutlak saya tidak sholat. Dari situ, saya belajar. Hingga dengan demikian, saya dalam posisi kelaparan dan tak tau arah, meneruskan perjalanan ke Akihabara. Kakak nitip beli PS4. Katanya sih lebih murah disini, sebagai adik yang baik tentu melakukannya. Dengan kondisi kelaparan dan masih membawa koper beserta tas yg bisa lebih dari 30kg itu, perjalanan saya lanjutkan.

Kata temen temen sih, Akihabara itu tempatnya dan gudangnya elektronik dan manga anime. Dalam perjalanannya saya bergonta ganti kereta, dari bawah tanah hingga JR Line. Setelah sampai di stasiun Akihabara maka saya keluar, dan ternyata karcis saya ditolak. Saya bingung, lantas menanyakan ke petugas keamanan, well, dia gabisa berbahasa inggris. Saya jelaskan dengan bahasa isyarat, ia hanya menggangguk dan mempersilahkan saya untuk melewati pos karcis melalui pintu keamanan.

Setelah keluar dari stasiun, pemandangan pertama yang saya lihat adalah AKB48 Café atau semacamnya. Waw. Jadi ada café seperti ini di Akihabara, namun karena saya bukan orang penggemar apapun itu, jadi saya tetap melanjutkan perjalanan. Oh iya, karena hujan terus, maka di stasiun saya sempat membeli payung. Harganya sekitar 500 yen, logis. Bentuk payung jepang emang aga beda dari umumnya. Payung mereka biasanya make plastic transparent, beda dengan yg di Indonesia.

Terus berjalan, kira-kira ini pemandangan Akihabara
Photo source by google



Dan ini adalah AKB48 Café
Photo source by google

Jadi berisi tentang café biasa dan beberapa member
Gasalah sih kalo beberapa orang bilang, kalo mau nyari Night Life di Jepang, Akihabara adalah salah satu tempat yang wajib kita kunjungi. Maka petualangan saya mulai, dengan batre hanya sekitar 20persen. Isinya benar benar peralatan elektronik, katanya sih tergolong murah. Namun setelah saya compare, memang aga murah dibandingkan laptop di Indonesia, namun bedanya hanya sekitar 400-600k. bukan suatu perbedaan yang sangat besar.

Terus  mencari sumber PS4. Ketemulah, harganya sekitar 4jutaan. Entah itu harga yang tergolong murah atau mahal, karena saya sendiri gatau harga di Indonesia berapa. Dengan demikian, saya langsung call via line. Karena belum diangkat, maka langsung cari tempat makan. Kalo gasalah itu udah sekitar jam 8malam. Sangat-sangat lapar.

Menemukan sebuah tempat makan kecil. Bingung cara mesennya gimana,

Pelajaran kesepuluh, sebagian rumah makan menggunakan vending machine untuk memesan menu. Jadi kalo di Bali kita sering liat resto masang menu di luar restonya agar bisa dilihat, kalo disini sebagian memasang vending machine beserta gambarnya untuk memesan sekaligus membayar pesanan.

Setelah itu saya langsung memesan menu makanan. Karena dengan keadaan sangat bener bener lapar, maka saya memesan suatu menu tanpa berpikir panjang yakni mi ramen. Setelah itu saya bayar sekitar 98k. Lumayan mahal, tapi tak apalah toh sangat lapar. Setelah itu, keluar nota pembayaran, saya bawa masuk kedalam.

Setelah itu diproses lah makanan tersebut, dan keluar jadi. Disitu saya merasa sangat bingung. Muncul 3 tekstur daging yang tak pernah saya lihat di Indonesia, meskipun saya tergolong orang yang tak pernah memperhatikan tekstur daging. Dengan membaca basmalah dan asumsi tidak tau itu daging apa maka saya makan dengan lahap. Awalnya rasa kuahnya berbeda, aneh aja. Biarlah, anggaplah tongue shock. Setelah makan, masih menyisakan sedikit kuah dan beberapa daging kecil, serta 3 daging bertekstur aneh. Analisa saya sih menyatakan itu bukan daging babi, soalnya dari teksturnya kaya ada tulang tulangnya da nada kaya lapisan tahunan di kayu gitu. Sekali lagi dengan membaca basmalah saya makan. Alhamdulillah ternyata benar daging ayam. Langsung saya dengan lahap makannya. Hampir habis, ada daging kecil kecil, oh rerempahan ayam. Setelah baru satu kali gigit. Langsung saya keluarkan kembali. Ini daging apaan, kok rasanya kaya begini. Oke itu pasti daging babi. Langsung saya hentikan makan tersebut dan minum air putih dingin. Well, entah kenapa disediakan air dingin, padahal suhu diluar sekitar 4derajat. Biarlah, mungkin mereka biasa seperti itu.

Pelajaran kesebelas, agak sulit memang memastikan mana daging babi dan daging ayam. Pastikan selalu bertanya buta niku, buta niku itu daging babi. Tentu diikuti dengan bahasa isyarat yang benar dan baik.

Setelah itu langsung nelfon dan diangkat. Koneksi 4G LTE memang sangat bisa diandalkan, meskipun dengan batre20persen. Oke setelah negoisasi, katanya si penjual sih bahasa PS4 nya built in Japan, nah dia gamau jamin kalo setelah dibeli bisa diganti ke bahasa Indonesia (terlalu ngarep) minimal Inggris. Jadi bener bener ga berani jamin, dan mereka pun sellernya sekali lagi ga bisa bahasa inggris. Terus dapat titah beli kasetnya aja, ternyata ketemu bule (Alhamdulillah). Langsung nanya deh, gimana masalah PS4 dan kasetnya. Ternyata bener, gabisa diubah bahasanya. Kaya di lock khusus di jepang aja gitu.

Perjalanan 2jam tanpa hasil menuju Akihabara. Oh iya di Akihabara memang sekali lagi dapet banget Night Life nya. Dan di Akihabara ada sesuatu perempuan dengan membawa pamphlet. Saya gatau mereka nyebarin apaan, karena ga ditawarin dan berbahasa Jepang juga sih. Kalo fotonya… ga perlu ditampin deh, biar googling sendiri aja =)) tapi menurut saya sih itu foto sama cosplay gitu.

Oke karena sudah malam, dan stasiun pemberangkatan bis itu di daerah Shinjuku, meskipun saya total gatau dimana meskipun ada guidenya dan katanya Cuma 10menit jalan, maka saya harus mencari tempat untuk tinggal. Di Tokyo rencananya mau numpang ditempat temen, ternyata dengan keadaan batre sekitar 15 persen ternyata dia belum bales bales. Padahal udah sekitar jam 21 lebih. Sedangkan perhitungan nyasar-nyasar maka saya akan sampai di stasiun Tokyo sekitar jam 23. Sedangkan saya harus mencari tempat tinggal, sehingga saya memutuskan mencari tempat tinggal sendiri. Mau coba nginep di internet café dan murah katanya, Cuma saya gasuka tidur di tempat duduk. Saya. Harus. Mencari. Tempat. Tidur. Akhirnya dengan perhitungan yang terdesak dan keadaan batre menipis, saya putuskan mencari tempat menginap di daerah Shinjuku st. Hal ini mengingat besok tiket saya sudah habis alias angus, sehingga tak berguna lagi, dan gabisa jalan-jalan lagi. Oke, lets go Shinjuku.

Menuju tempat yang sama, yakni Shinjuku st. Terjadi tragedy yang sama, kalau saat sebelumnya saya tidak dapat keluar karena tiket tertolak, kini gabisa masuk karena tiket tertolak juga. Saya ketemu lagi sama bapa-bapa security yang tadi. Ternyata dijelaskan bahwa tiket itu buat subway, bukan JR Lines.


Pelajaran keduabelas, jika beli metro pass, maka hanya untuk subway, bukan untuk JR Lines, begitu juga sebaliknya. Kecuali kita membeli all pass.

Dengan keadaan demikian, saya harus mencari stasiun subway yg lumayan jauh dari tempat tersebut, dan tentu saya ga tau. Meskipun bapa-bapa itu telah memberikan isyarat tempatnya namun tetap saja saya tak paham. Saya keluar stasiun dalam keadaan benar-benar bingung. Setelah itu untuk sekian kalinya, tersesat. Saya terdiam benar-benar seperti anak kecil tak tau arah. Inilah yang saya benci dari dulu, kehilangan arah. Tiba-tiba seseorang menyapa.
“mas dari Indonesia?”
SAYA KEJER KEJER TERIAK HAHAHA. IYA IYA IM FROM INDONESIA. Saya ceritakan gundah gulana saya. Ternyata mba nya itu asli Indonesia, kuliah di Russia kalo nda salah berasma teman jepangnya. Setelah itu ia lagi ada conference ama temennya di Jepang, tepatnya di Shinjuku. Cuma mereka mau jalan jalan dulu di Akihabara dan baru aja sampe. Saya di guide sama mereka, mereka berbicara 2 bahasa, 3 tepatnya. Jepang Russia dan Inggris. Disini saya merasa bahwa belajar bahasa sangatlah penting, tidak hanya bahasa inggris saja.  Dari dia juga saya mengetahui katanya sebagian orang jepang bukan tidak bisa berbahasa inggris, mereka hanya malu untuk berbicara, katanya sih seperti itu.

Dari ia juga saya dapat hal-hal masalah transit dan teman temannya sehingga saya tidak tersesat. Sekitar 20menit perjalanan. Alhamdulillah, Saya belajar juga, terkadang lebih baik bertanya kepada anak sd-smp disini daripada eksekutif muda yang berkeliaran di stasiun. Alhamdulillah tiba juga di Shinjuku.


Photo source by google

Setelah itu dalam keadaan sangat lelah dan hujan saya berjalan menggunakan gps menuju hotel capsule. Pertama kalinya saya melihat kebakaran juga di Jepang, sangat kecil sih. Mungkin hanya short circuit, dan pemadam otomatis langsung bekerja. Tak ada korban jiwa, namun pemadam kebakaran dan krunya sudah di tkp dengan cepat. Langsung terus berjalan, dengan keadaan hujan tentunya sangat sulit sekali mendapat sinyal gps dan positioning diri kita semakin buruk. Maka disini sekali lagi sangat penting membawa peta bersama kita.

Setelah berjalan cukup jauh, saya masuk ke gang yang isinya aneh banget. Banyak perempuan berpakaian lebih minim dari yang biasanya sangat minim pada umumnya di Jepang, dan mereka membawa brosur. Karena sudah sangat lelah saya tak berpikir panjang, paling hanya cosplay dan terus berjalan mengikuti GPS. Terus ketemu orang, dan saya langsung nanya penginapan. Dan mereka nganter ke ruangan, dan dia nanya di akhirnya, mau sex message ga? WHAT? Iya, sex message, setelah saya baca brosur dengan bener, ternyata itu semacam motel yang menawarkan hal-hal seperti itu.

Pelajaran ketigabelas, hati hati dengan orang yang nawarin tempat tinggal atau room hotel gitu. Pastikan tempatnya benar.

Terus saya berjalan dengan GPS dan bantuan orang afrika Alhamdulillah, dan menemukan Hotel Capsule sesuai dengan tujuan saya. Ia terletak di lantai 4. Naik lift saya, setelah naik lift. Masuk ke recepsionist. Ternyata harus booking dulu, kalo ga booking kena tariff regular sekitar 400ribu permalam. Padahal aslinya sekitar 100ribu per malam. Karena sudah sangat lelah sekali lagi, maka tanpa berpikir panjang saya langsung mengiyakan. Karena perjalanan esok masih sangat panjang.

Pelajaran keempatbelas, lebih baik merencanakan perjalanan dengan sangat detail. Jangan nafsu mengunjungi tempat wisata yang sangat banyak dalam satu hari. Jadi seorang traveler seperti orang barat. Cukup 1-2 tempat aja, namun detail. Rencanakan dan booking tempat tinggal kamu menggunakan banyak website gratis seperti booking.com.

Pelajaran kelimabelas, di hotel capsule koper kita ditaro begitu aja di tempat koper, ga ada gembok ga ada tempat khusus karena ga muat di locker bag. Jadi pastikan bawa gembok. Keamanan koper? Ga ada yg jamin, namun hampir mustahil orang jepang nyolong koper kita, kalaupun koper kita ilang, biasanya orang asing. Jadi selalu bawa gembok ganda untuk koper kita.

Sepatu di copot. Disana ada semacam semprotan agar sepatu kita gab au gitu. Entah namanya apa lupa, Cuma hebat. Belum nemu di Indonesia, buka sepatu dan masuk hotel capsule deh, ternyata ga sesempit yang saya kira. Layaknya peti mati, namun berisikan radio, TV, charger, lampu, alarm. Ukuran panjang dan lebar hampir 4/3nya kasur asrama. Saya tak lupa sholat, terus setting alarm. Dan ngasih kabar ke kakak kalo udah sampe tempat penginapan. Hari yang sangat panjang ini, hingga kaki melepuh, jalan lebih dari 40-50km, saya akhiri. Bagaimana dengan amanah-amanah yang masih terbengkalai? Apakah ini sebuah pelarian saya? Good night. 

11 Maret 2015. 
Dari Shinjuku,



Arief Rahman Hakim

You May Also Like

0 comments