Jika Engkau Harus Melepaskan Jilbabmu oleh Fahd Pahdepie
Jika Engkau Harus Melepaskan Jilbabmu
dikutip langsung tanpa perubahan dari tulisan Fahd Pahdepie dalam website pribadinya di sini
Jika jilbabmu tak menghentikan mata laki-laki untuk lekat menatapmu, mengagumi kecantikanmu, kau bisa membiarkan mereka menatapmu. Tak usah mengira bahwa jilbabmu gagal menghadang mereka. Tak usah menuduh mereka tak menghargaimu. Mata mereka bukanlah tangan, bukan hidung, bukan lidah, apalagi pintu, jendela atau ranjang-ranjang.
Biarkan mereka. Biarkan mereka melihat bagaimana seorang perempuan tetap terlihat mengagumkan dengan kain yang melindungi rambutnya, bahunya, dadanya. Barangkali… mereka belum pernah melihat perempuan sepertimu sebelumnya.
Jika mereka ingin menyentuhmu. Jangan biarkan mereka menyentuhmu. Berilah mereka senyuman. Barangkali, mereka belum tahu. Atau mungkin sebenarnya mereka tidak sedang ingin menyentuhmu—tetapi berusaha menggapai dirinya sendiri yang ia temukan di dalam dirimu: Mungkin masa depannya, kebahagiaannya, impian-impiannya. Katakanlah kepadanya, “Aku telah dilindungi.”
Jika mereka ingin menggenggam tanganmu, atau merangkulmu, atau memelukmu. Mundurlah beberapa langkah. Berilah mereka jarak. Berilah mereka waktu. Laki-laki selalu tumbuh dengan naluri ingin melindungi—dengan dada-dada mereka yang dibusungkan, kaki-kaki mereka yang dijinjitkan, atau tangan-tangan mereka yang dikepalkan. Biarkan mereka melakukannya… Hingga mereka lelah. Dan kau akan menjumpai satu di antara mereka yang tetap bertahan… Dia yang mungkin bukan yang paling gagah di antara semuanya, bukan yang paling kekar di antara semuanya, tetapi yang paling sungguh-sungguh ingin menemukan dirinya di dalam dirimu.
Jika saat itu tiba, kau akan dikelilingi sejumlah keraguan… Mungkinkah ia lelaki itu? Mungkinkah kau akan mencintainya? Mungkinkah kau memberikan keseluruhan dirimu kepadanya? Mungkinkah ia melindungi kehormatan dan kesucianmu melebihi yang telah dilakukan jilbabmu selama ini?
Dan ia akan tetap berdiri di sana. Mengagumimu sebagai seorang perempuan. Bukan pelayan. Bukan harim. Bukan yang lain. Maka ajarilah ia cara menyayangi seorang perempuan, seperti puisi, seindah metafora, selembut kelopak bunga-bunga, sesabar cahaya matahari yang melelehkan salju tebal, semerdu rintik hujan di sungai-sungai.
Jika jilbabmu membuat seorang laki-laki jatuh cinta kepadamu. Biarkanlah ia mencintaimu. Kau perlu tahu, dicintai adalah sebuah anugerah yang tak bisa kau tukar atau tawar-tawar. Dicintai adalah karunia yang mungkin orang lain tak mendapatkannya. Dicintai berbeda dengan mencintai. Jika mencintai adalah menemukan kebahagiaanmu, dicintai adalah saat kau menjadi kebahagiaan untuk orang lain.
Maka jika engkau harus melepaskan jilbabmu di hadapan laki-laki itu, buatlah keputusan yang tak akan kau ulangi lagi untuk melakukannya. Buatlah sebuah perjanjian. Buatlah sebuah akad. Dan biarkan semesta menyaksikannya: Melalui mata ayahmu, melalui mata ibumu, melalui mata semua orang yang kau sayangi dan percayai.
Jika engkau harus menyingkap hijabmu, singkaplah… Di hadapan seseorang yang akan melindungimu dengan seluruh dirinya. Lepaskanlah… Untuk seseorang yang akan membimbingmu mencintai Tuhan lebih dari kau pernah mencintaiNya seperti kapanpun.