Which English Proficiency Test you should take? #3/4

by - July 13, 2018

PEMBUKA

Kategori English Proficiency Test merupakan sebuah seri untuk mengenal, memahami, memilih, dan mencapai nilai yang ditargetkan pada blog ini. Perlu dipahami, saya sangat-sangat merekomendasikan untuk membaca Kategori English Proficiency Test berurutan (part 1, part 2, part 3, dan part 4). Dengan demikian teman-teman dapat memahami seutuhnya.

Sebelumnya telah dibuat artikel dengan judul 'Getting to know with TOEFL iBT and IELTS Academic Test #2'. Pada bagian #2, kita telah mengenal format TOEFL iBT dan IELTS Academic Test lebih dekat. Nah teruntuk yang belum baca bagian #2 nya, silahkan dibaca dulu ya sebelum baca lebih lanjut.

Setelah bagian #2 selesai, maka sekarang akan masuk ke bagian #3. Pada bagian ini, kita akan memahami apa-apa saja yang menjadi pertimbangan untuk memilih Internationally Recognized English Test sebagai persyaratan melanjutkan studi. Berbeda dengan bagian #1 dan bagian #2 (yang merupakan fakta, merujuk ke website masing-masing), bagian #3 ini merupakan artikel yang dibuat berdasarkan pendapat penulis (kecuali bagian toefl ibt vs ielts). Jadi wajar jika sekiranya terdapat perbedaan pendapat dengan teman-teman :)

Berikut adalah beberapa parameter yang dijadikan acuan berdasarkan skala prioritasnya:

PARAMETER 1: TUJUAN INSTITUSI

Nah, dari berbagai macam pertimbangan untuk menentukan tes yang diambil, yang paling penting adalah TUJUAN INSTITUSINYA. Alasannya sederhana, untuk apa kita mengambil tes yang tidak diterima oleh institusi tujuan kita?

Sebagai ilustrasi, teman-teman ketika di akhir masa studi (bisa saja SMA untuk lanjut S1, atau S1 untuk lanjut S2), maka teman-teman tentu sudah memiliki list berbagai universitas, institut, dan berbagai lembaga pemberi beasiswa. Dari berbagai tujuan tersebut, teman-teman harus pake banget, melihat persyaratan masing-masing universitas (ingat, ada yang namanya syarat universitas dan terkadang juga ada syarat program studi) dan masing-masing lembaga pemberi beasiswa.

Setelah merangkum seluruh skenario (plan A, plan B, ..., plan Z) dari rencana studi teman-teman dan merangkum persyaratan masing-masing lembaga, maka kita dapat melihat perpotongan dari persyaratan IRET nya. Dengan telah mengetahui apa-apa saja IRET yang diterima oleh tiap lembaga beserta nilainya, maka kita dapat memilih lebih baik tanpa mengorbankan salah satu institusi tujuan kita.

UMUMNYA, TOEFL PBT (inget ya, yg revised-version. inget, toefl pbt ga ada di Indonesia. cek lagi artikel bagian 1 kalo masih bingung), TOEFL iBT, dan IELTS Academic Test diterima sebagai persyaratan. Meskipun demikian, masih ada beberapa institusi yang justru belum menerima salah satunya. Bisa jadi ada institusi yang hanya menerima TOEFL iBT, bisa jadi ada yang hanya menerima IELTS Academic Test, bisa jadi ada institusi yang menerima TOEIC atau TOEFL ITP saja, ada juga lembaga lembaga yang menerima seluruh IRET.

Perlu diingat juga, meski institusi menerima seluruh atau berbagai IRET, terkadang ada beberapa institusi yang memiliki preferensi terhadap salah satunya. Jadi bahasanya di websitenya sih '... xxx (nama IRET) is preferred'. Meski ada preferensi, sekali lagi bukan berarti IRET lainnya yang ada di page mereka ditolak ya. Kembali ke tadi, hanya preferensi ^^

Berikut saya berikan ilustrasi:


Dari contoh di atas, jika seandainya teman-teman memiliki rencana untuk mengambil Universitas A hingga D dan Beasiswa X dan Y, maka TOEFL iBT dan IELTS Academic Test dapat menjadi solusinya. Khusus untuk Beasiswa Z, tertera pada persyaratannya hanya menerima TOEFL ITP dan TOEFL-Like. Nah pada kasus ini, coba hubungi Admission Office Beasiswa Z, apakah memungkinkan untuk tetap mendaftar menggunakan TOEFL iBT atau IELTS Academic Test. Sepengalaman saya, hal ini sangat-sangat-sangat memungkinkan :)

PARAMETER 2: WAKTU dan UANG

Nah hal terpenting selanjutnya adalah waktu dan uang.

Waktu ini didefinisikan sebagai waktu persiapan tes, waktu pelaksanaan tes, waktu pengumuman nilai tes, waktu pengiriman bukti nilai ke institusi yang dituju. Semuanya harus banget-banget dipertimbangkan.

Pertama terkait waktu persiapan tes. Umumnya ini yang menjadikan constraint utama dari test takerTiap orang memiliki takarannya masing-masing mengenai seberapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk belajar. Ada yang cuma belajar seminggu IELTS nya dapet 8, itu ada. Ada juga yang cuma belajar 1 minggu TOEFL iBT nya 100. Ada yang perlu belajar 1-3 bulanan untuk setara mendapatkan IELTS 7 atau TOEFL iBT 95.

Tiap orang-orang punya kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Waktu persiapan dapat diperkirakan dari pre-test terhadap tes IRET yang teman-teman pilih. Dari hasil pre-test tersebut teman-teman akan mendapatkan gambaran berapa nilai yang masih kurang, bagian mana yang masih kurang, dan butuh waktu berapa lama untuk mempersiapkannya. Jadi tak perlu khawatir dan iri terhadap rekan-rekan yang dapat meraih score tinggi dengan waktu persiapan yang singkat ya ^^

Kedua terkait waktu pelaksanaan tes, tes yang paling umum digunakan adalah TOEFL iBT dan IELTS Academic Test yang memiliki lama tes yang berbeda-beda. Umumnya waktu pelaksanaan tes bukanlah constraint utama karena hanya berorde jam (bukan hari), namun tetap menjadi hal yang patut dipertimbangkan ketika memilih salah satu tesnya. Hal ini akan dibahas di bagian akhir artikel mengenai TOEFL iBT vs IELTS Academic Test.

Selanjutnya adalah waktu pengumuman nilainya. Tiap IRET membutuhkan waktu yang berbeda untuk menilai dan mengumumkan nilai teman-teman. Teruntuk TOEFL ITP umumnya sekitar 1 minggu, terkadang mencapai 2 minggu. Pada TOEIC, TOEFL iBT dan IELTS umumnya 2 minggu. Kelebihan ketiga jenis tes ini, ETS dan British Council udah mengeluarkan timeline perkiraan tanggal pengumuman nilainya. Biasanya hampir ga pernah melenceng. Jadi ini bukan hal yang perlu dikhawatirkan.

Terakhir terkait waktu adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan nilai ke institusi tersebut. Beberapa jenis tes IRET seperti TOEFL iBT dan IELTS akan diverifikasi nilainya oleh institusi tersebut. Untuk IELTS, ada 2 cara untuk memverifikasi nilainya yakni melalui cara online dan melalui cara pengiriman. Silahkan hubungi institusi yang teman-teman tuju untuk melihat petunjuk verifikasi nilainya. Teruntuk TOEFL iBT, cara verifikasinya hanya bisa melalui cara pengiriman. Nilai TOEFL iBT akan dikirim langsung oleh ETS ke alamat institusi, dan ini membutuhkan waktu tergantung dari lokasi institusi tersebut. Perkiraan waktu pengiriman biasanya sekitar 1-2 minggu untuk di luar USA. Ketidakpastian kapan sampainya ke institusi lah (bisa jadi lebih cepat, bisa jadi delay) yang mengakibatkan waktu pengiriman menjadi constraint utama yang kedua setelah waktu persiapan.

Selanjutnya adalah terkait uang. Nah ini juga menjadi hal yang sangat-sangat penting untuk diperhatikan. Tak dapat dipungkiri IRET tergolong mahal banget (setidaknya buat saya). Kita harus cerdik mengakali berbagai cara sehingga biaya pendaftarannya jadi lebih murah. Untuk TOEFL ITP biayanya sekitar 300-500k, TOEFL iBT dan IELTS sekitar 2.7-2.9 juta. Untuk 'mengakali' agar lebih murah saya sudah sampaikan pada artikel bagian #1, yakni dengan cara mendaftar langsung online tanpa via prantara. Hal ini bisa menghemat 100-200 ribu rupiah. Kemudian terkait uang, kita juga harus bijak memilih tes yang akan diambil sesuai keadaan.

ILUSTRASI PARAMETER 1 dan 2

Untuk mempermudah memahami pentingnya poin terkait parameter 1 dan parameter 2 ilustrasinya:

SKENARIO 1

Pada skenario 1, seluruh deadline pendaftaran diasumsikan jatuh pada tanggal dan bulan yang sama yakni bulan Desember dan teman-teman lulus pada periode Februari.

Rencana tujuan universitas dan pemberi beasiswa:


Jika melihat dari contoh tujuan universitas dan lembaga pemberi beasiswa, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa TOEIC, TOEFL ITP, dan TOEFL-Like bukanlah pilihan yang bijak bagi teman-teman. Hal ini karena ketiga tes tersebut tidak diterima pada salah satu universitas dan lembaga pemberi beasiswa yang dituju. Tentu akan sangat boros uang jika mengambil TOEIC, TOEFL ITP, atau TOEFL-Like untuk kemudian mengambil TOEFL iBT atau IELTS. Jadi kaya bayar dua kali.

Jika dilihat dari waktu wisuda ke waktu penutupan pendaftaran, waktunya harusnya cukup untuk persiapan, pelaksanaan tes, pengumuman tes, hingga waktu pengiriman nilai ke institusi. Dari skenario 1 maka dapat disimpulkan bahwa IRET yang cocok adalah TOEFL iBT atau IELTS Academic Test.

SKENARIO 2

Pada skenario 2, terdapat perbedaan deadline pendaftaran pada berbagai lembaga yang dituju. Asumsi teman-teman lulus pada periode bulan November.
Rencana tujuan universitas dan pemberi beasiswa:

catatan:
Rencana D: Universitas D + Beasiswa D dengan deadline 10 Januari
Rencana E: Universitas E + Beasiswa E dengan deadline 10 Mei

Dari rencana yang teman-teman miliki, terlihat perbedaan deadline pemberi beasiswa antara rencana D dan rencana E. Pada rencana D, tertera deadline nya adalah 10 Januari sedangkan rencana E pada 10 Mei. Dapat dilihat, solusinya masih sama yakni TOEFL iBT atau IELTS Academic Test, namun pada skenario ini terdapat kemudahan dalam memilih. Beberapa solusi pilihan sebagai berikut:

SOLUSI 1: Kejar yang paling deket dulu timeline nya
Karena teman-teman diasumsikan lulus November, maka teman-teman jika merasa tidak siap untuk ambil TOEFL iBT atau IELTS Academic Test dengan rentang waktu belajar hanya sekitar 2-3 minggu, maka untuk mengejar pendaftaran rencana D, teman-teman dapat mengambil tes yang cenderung lebih mudah yakni TOEIC dan waktu persiapan dll nya lebih cepat. TOEIC dapat menjadi pilihan karena dapat digunakan pada rencana D meski tidak dapat digunakan pada rencana E. Jika mengambil solusi 1, maka teman-teman akan mengeluarkan uang untuk tes 2x, yakni untuk rencana D dan beberapa waktu kemudian pada rencana E (karena pada rencana E, TOEIC tidak diterima sehingga teman-teman harus mengambil tes TOEFL iBT atau IELTS)

SOLUSI 2: Mengambil perpotongan dari seluruh rencana
Dapat dilihat sebenarnya TOEFL iBT dan IELTS dapat menjadi pilihan yang bijak. Meskipun waktu belajar hanya sekitar 2-3 minggu, jika teman-teman ingin menghemat uang dan merasa mampu mengejar nilai prasyarat pada rencana D dan E, maka teman-teman bisa langsung mengambil TOEFL iBT atau IELTS. Jika berhasil, maka teman-teman bisa menghemat pengeluaran yang sangat signifikan.

SKENARIO 3

Pada skenario 3, asumsi teman-teman lulus pada bulan November

catatan:
Rencana F: Universitas F + Beasiswa F, deadline Mei
Rencana G: Universitas G + Beasiswa G, deadline Mei

Dapat dilihat terdapat 3 solusi yakni TOEIC, TOEFL iBT, dan IELTS. Beberapa solusi pilihan sebagai berikut:

SOLUSI 1: Mengambil tes yang tergolong lebih mudah
Dari ketiga opsi, dapat dikatakan TOEFL ITP cenderung lebih mudah dari TOEFL iBT dan IELTS. TOEFL ITP juga merupakan solusi yang tergolong hemat kantong karena biaya pendaftarannya tidak semahal TOEFL iBT dan IELTS meski tetap lumayan. Jadi, jika memang teman-teman tidak punya rencana lain selain rencana F dan G, dan merasa yakin akan diterima di rencana F atau G, maka TOEIC dapat menjadi solusi yang tepat.

SOLUSI 2: Prepare for the worst
Meski TOEFL ITP dapat menjadi solusi dari rencana F dan G, kita tidak dapat menjamin apakah kita akan berhasil (diterima) di rencana F dan G. Bisa jadi meski nilai TOEIC kita memenuhi persyaratan F dan G, ternyata kita tetap ditolak oleh institusi tersebut. Pada kondisi ini maka kita harus mempersiapkan rencana lainnya (yang di mana mungkin saja TOEIC tidak diterima). Pada solusi 2, jika tertarik, maka kita dituntut untuk mengambil IRET yang secara umum diterima yakni TOEFL iBT atau IELTS Academic Test. Hal ini dapat menghemat uang yang cukup signifikan ketika ternyata rencana F dan G gagal.

Dari 3 skenario di atas harapannya teman-teman jadi memahami mengapa Institusi Tujuan, Waktu, dan Uang menjadi parameter yang penting dalam memilih IRET yang diambil.

BAGIAN 3: KECENDERUNGAN TERHADAP  SALAH SATU TES

Setelah melalui bagian 1 dan 2, maka tentu akan hadir beberapa opsi tes. Umumnya opsi yang tersisa setelah melalui bagian 1 dan 2 adalah TOEFL iBT dan IELTS Academic Test. Menurut saya, sisanya adalah bagaimana kita memilih tes yang sekiranya kita mampu menghasilkan nilai yang objektif dan lebih tinggi BUKAN apa yang dirasa lebih cocok.

Akan sangat beruntung jika ternyata apa yang dirasa cocok ternyata menghasilkan nilai yang tinggi diakhirnya. Karena percuma jika teman-teman cocok terhadap salah satu IRET tapi setelah belajar cape-cape skornya masih rendah. Menurut saya pribadi, lebih baik belajar tes lainnya yang meski ga cocok tapi skor akhirnya bisa lebih tinggi daripada memaksakan pakai tes yang dirasa nyaman tapi skornya cenderung lebih rendah.

Karena, bisa jadi, teman-teman lebih nyaman IELTS tapi ternyata beberapa kali latihan dan simulasi masih mentok di score 5, dan ternyata ketika coba TOEFL iBT score nya nyampe 100. Bisa jadi juga ketika pilih TOEFL iBT score nya cuma 60 dan ternyata setelah coba IELTS bisa sampe 8.

Ada opsi lainnya ketika tetap kekeuh ngambil tes A meski nilainya tidak sebesar pada saat ia ambil tes B. Solusinya menggeser rencananya jika ternyata nilai pada tes A, tes yang ia merasa cocok, ternyata tidak memenuhi atau pas-pasan pada universitas dan lembaga beasiswa yang dia tuju.

Karenanya, preferensi test taker terhadap IRET saya letakan di akhir. Menurut saya pribadi, tujuan universitas tak bisa digeser hanya karena sebatas lebih nyaman dengan tes satunya.
Teman-teman berbeda pendapat? That's okay ^^

So, which test you would take? IELTS? TOEFL iBT? ^^

Jika setelah melalui Parameter 1 dan 2 dihasilkan 2 opsi yakni iBT dan IELTS, maka teruntuk teman-teman yang masih bingung memilih TOEFL iBT atau IELTS, berikut ada tambahan pembahasan sedikit~

TOEFL iBT atau IELTS: PILIH YANG MANA?

Teruntuk yang masih bingung memilih yang mana, hal paling pertama yang perlu diperhatikan adalah background kemampuan Inggris dari test taker. Saya sangat sarankan pahami terlebih dahulu format masing-masing tes sebelum membaca lebih lanjut. Untuk format TOEFL iBT dan IELTS Academic Test sudah pernah dibahas di artikel bagian #2 dan bisa diakses di sini.

Jika ditanyakan kekurangan masing-masing tes saya menolak menyatakan adanya kekurangan pada kedua tes, saya lebih cenderung menggunakan kata 'keunikan' atau 'konsekuensi' dari jenis tesnya.

KONSEP PAPER BASED VS INTERNET BASED

Teruntuk TOEFL iBT, dengan mengusung tema Internet-based Test maka tentu proses persebaran Authorized Testing Center nya cenderung lebih cepat dibandingkan IELTS. Hal ini karena modal yang dibutuhkan TOEFL iBT cenderung lebih mudah (hanya membutuhkan komputer/laptop, internet, dan perizinan dari ETS). Berbeda dengan IELTS yang mengharuskan datangnya secara langsung certified examiner untuk sesi speakingnya. Dengan demikian, ATC nya iBT cenderung lebih banyak dan lebih luas dibandingkan IELTS TAPI bukan berarti ATC nya IELTS sedikit loh ^^

Konsep pbt vs ibt ini akan semakin terasa pada bagian Writing. Untuk iBT diketik sedangkan IELTS ditulis. Kalo tulisan salah maka dihapus menggunakan backspace pada iBT, kalo di IELTS menggunakan penghapus. Perlu menjadi catatan, kedua test sama sama menyediakan scratch paper TAPI tidak menyediakan waktu pemindahan jawaban dari scratch paper ke komputer (buat ibt) atau ke kertas jawaban (untuk ielts).

Perlu diingat juga, durasi tes iBT maksimal 4 jam dan IELTS berlangsung selama 2 jam 30 menit.
Untuk iBT, perlu menjadi catatan bisa saja teman-teman selesai dengan waktu sekitar 3 jam 20 menit an (liat artikel bagian #2) jika dapet jumlah soal yang sedikit dan mengambil break yang singkat.
Untuk IELTS, perlu menjadi catatan meski waktu totalnya adalah 2 jam 45 menit, seringnya, bagian speaking harinya dipisah. Sehingga jika tes Listening/Reading/Writing pada hari senin, maka bisa jadi speaking nya di hari selasanya.

KECENDERUNGAN INSTITUSINYA

Berdasarkan sejarahnya (baca artikel bagian #2), TOEFL iBT cenderung lebih dipilih di daerah USA sedangkan IELTS cenderung lebih dipilih di daerah Inggris, Australia, dan negara persemakmuran Inggris lainnya. Hal ini terus berlangsung hingga kini MESKI (ini harus banget diperhatikan), sekarang hampir sebagian besar berbagai institusi telah menerima iBT dan IELTS sebagai persyaratan IRET mereka. 

Sebagian institusi di USA masih mencantumkan '... TOEFL iBT is preferred' begitu juga dengan sebagian institusi di Inggris yang masih mencantumkan '... IELTS is preferred'. Catatan yang paling penting adalah meski institusi memiliki kecenderungan terhadap salah satu tes, selama mereka mencantumkan tes IRET lainnya, maka tidak apa apa untuk mengambil tes IRET lainnya selama menghasilkan skor yang tak hanya melebihi persyaratan tapi cukup tinggi.

BIAYA YANG DIKELUARKAN

Umumnya harga tes iBT dan IELTS memiliki harga yang tidak jauh berbeda. Yang membedakan adalah biaya cara verifikasi nilai. Seperti yang telah saya sampaikan, TOEFL iBT hanya bisa diverifikasi dengan mengirimkan nilai dari ETS ke institusi yang bersangkutan. Di lain sisi, IELTS nilainya bisa diverifikasi via mengirimkan nilai dan juga via online (tergantung institusi tersebut apakah sudah bekerja sama dengan British Council apa tidak).

Pada iBT, saat melakukan pendaftaran kita akan diberikan 4 slot pengiriman nilai ke institusi secara gratis. Hal ini harus banget dimanfaatkan karena kalo ngirim di luar 4 slot itu akan dikenakan biaya tambahan yang lumayan (sekitar 200 ribu per slot apa ya, saya lupa). Pada IELTS akan disediakan 5 slot, dan jika ingin menambah, dan kebetulan institusi yang bersangkutan bisa verifikasi via online, maka teman-teman tidak akan mengeluarkan biaya tambahan. TAPI jika ternyata institusi yang teman-teman tuju masih belum bisa verifikasi nilai IELTS secara online, maka teman-teman harus tetap mengeluarkan biaya tambahan untuk mengirim nilai ke institusi tujuan.

AKSEN YANG DIGUNAKAN

TOEFL iBT cenderung menggunakan standard american accent sedangkan IELTS bisa menggunakan american accent, ireland, british, australian, etc di soalnya. Dapat dikatakan terkait aksen, teman-teman yang sudah terbiasa dengan TOEFL ITP dan Like akan menemukan iBT bagian listening lebih mudah dipahami dibandingkan berbagai aksen yang mungkin digunakan pada IELTS. TAPI, sekali lagi, masih ada sebagian orang yang sudah terbiasa berada pada lingkungan dengan berbagai aksen sehingga tidak menjadi masalah.

Perlu menjadi catatan penting lagi, bahwa meski IELTS menggunakan berbagai aksen pada soalnya (begitu juga iBT yang hanya menggunakan aksen amerika), teman-teman tidak akan dipinalti (dikurangi nilainya) jika menggunakan aksen tertentu karena yang dinilai adalah isinya. Bukan aksennya. Jadi kalo mau paka aksen logat daerah tapi isinya benar dan baik, maka akan tetap mendapat nilai yang bagus.

FORMAT SOAL: MULTIPLE CHOICE VS SHORT ANSWER

Ini adalah constraint utama dan wajib menjadi pertimbangan utama setelah berbagai aspek di atas, yakni terkait format soal.

Jenis soal pada TOEFL iBT cenderung lebih familiar jika dibandingkan dengan IELTS (yang memiliki short answer, sentence completion, dll). Teruntuk teman-teman yang sering atau pernah mengambil TOEFL Like, maka sebenarnya sesi Reading dan Listening tidak jauh berbeda dengan itu. Tapi perlu diingat, kita dapat mengatakan format TOEFL iBT lebih familiar karena di Indonesia TOEFL Like dan TOEFL ITP sudah sangat banyak dan umum diambil. Dengan demikian kita lebih terbiasa mengerjakan soal dengan format multiple choice dibandingkan dengan short answer.

Perlu diingat juga, dikarenakan di IELTS ada bagian short answer (ilustrasi cek artikel bagian #2), maka kita dituntut untuk menuliskan bahasa inggris yang benar secara spellingnya. Kalau salah tentu ada pemotongan nilai, berbeda dengan iBT yang tidak punya short answer di bagian listening dan readingnya.

Overall, kembali ke poin awal, TOEFL iBT memiliki keunikan yakni formatnya mirip dengan TOEFL Like dan TOEFL ITP pada bagian Listening, Reading, dan Writing (meski bagian writing miripnya dikit). Hal ini sangat membantu teman-teman yang memiliki waktu persiapan sedikit karena tidak perlu belajar format soal baru.

Perlu diingat juga, sebagian ada yang cenderung untuk mengerjakan soal yang utuh multiple choice dan ada sebagian lainnya yang mampu dan nyaman mengerjakan soal short answer.  Akan sangat tidak adil jika sekiranya kita menilai TOEFL iBT pasti lebih cocok bagi test taker dari Indonesia dibandingkan IELTS (liat sejarah perkembangan IELTS). Karenanya kembali ke tadi, tiap orang punya kecenderungannya masing-masing terkait format test nya.

FORMAT SPEAKING: MICROPHONE VS FACE-TO-FACE

Perlu menjadi catatan juga, sebagai konsekuensi penggunaan format iBT, maka teman-teman akan ditempatkan di satu ruangan bersama test taker lainnya, biasanya sekitar 10-15 orang (berdasarkan pengalaman saya).

Sedangkan pada IELTS, bagian speaking bisa saja terpisah dari hari tes utama (bisa saja esok harinya). Dan jadwal tersebut telah ditentukan oleh British Council, kita hanya mengikuti jadwal yang telah diberikan. Sebagian ada yang merasa hal ini sangat menguntungkan karena bisa menenangkan hati dan bisa lebih mempersiapkan diri, sebagian ada yang merasa hal ini merugikan karena setelah terbiasa menggunakan bahasa inggris pada hari itu (alias pemanasan di 3 bagian sebelumnya) harus berhenti dan melanjutkan diesok harinya (yang di mana bagi ia harus melakukan pemanasan ulang).

Secara format juga iBT berbeda dengan IELTS. Di IELTS format speakingnya langsung face to face dengan examiner sedangkan iBT melalui microphone untuk merespons instruksi. Sebagian orang mengeluhkan iBT karena terdistraksi dengan test taker lain ditambah tidak nyaman berbicara ke microphone, sebagian orang mengeluhkan IELTS karena gerogi bukan main dan terkadang bahasan topik diskusinya terlalu melebar dan dinamis. Hal ini berbeda dengan iBT yang speakingnya cenderung 1 arah dan tidak ada diskusi. Format speaking dan konsekuensinya sangat-sangat penting untuk dipertimbangkan.

Oh ya, karena saya iBT test taker, jadi sekedar sharing aja teruntuk yang mengeluhkan terganggu pada saat sesi speaking.
Perlu diingat, di sana teman-teman memulai tes bersamaan, jika sudah selesai bagian reading, maka teman teman bisa melanjutkan ke sesi listening dan seterusnya. Jadi bisa saja test taker sudah mencapai bagian yang lain sedangkan kita masih di bagian paling awal. Sebelum sesi speaking, terdapat mandatory break, satu tips bagi saya, untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan mengambil mandatory break sesingkat mungkin untuk masuk ruangan dan memulai sesi speaking lebih awal. Dengan demikian teman-teman tidak akan terdistraksi oleh orang lain.

MENGENAI SOAL-SOAL YANG DIGUNAKAN

Pada TOEFL iBT juga, setting yang dibawa adalah cenderung lebih akademik dibandingkan dengan IELTS. Teman-teman yang sudah biasa mendengarkan lecture, TED X, dan berbagai macam conference berbahasa inggris umumnya akan lebih menemukan TOEFL iBT khususnya Listening dan Readingnya dapat memahami lebih baik. Berbeda untuk IELTS, berbagai naskahnya bisa saja didapatkan dari majalah atau koran sehingga real life experience nya tetap terasa, jadi penggunaan inggris meski di setting akademik, lebih terasa hidup.


At the end, here we are, discussing which test is better. Is it TOEFL iBT? or is it IELTS?
My answer is NONE OF THEM IS BETTER!
Karena test terbaik adalah test yang mampu menggambarkan kemampuan kita secara objektif, mampu meraih nilai tertinggi, bukan hanya sekedar merasa nyaman terhadap jenis tesnya.

Sebagai penutup bagian tambahan ini, berikut saya kutip sebuah pertanyaan singkat dari Magoosh untuk mempermudah pemilihan IRET:

  • I am comfortable with computers. YES/NO
  • I am comfortable speaking extemporaneously into a microphone. YES/NO
  • I can type quickly.* YES/NO
  • I prefer standard American English. YES/NO
  • I am good at answering multiple-choice questions. YES/NO
  • It is easy for me to take notes from a recording. YES/NO
  • The authentic English sources I read/listen to/watch are usually intended to inform rather than entertain. YES/NO
*catatan: definisi mengetik cepat bukan berarti mengetik 1 halaman A4 dalam waktu 1 menit. definisi mengetik cepat adalah mengetik sekitar 150-200 kata dalam waktu sekitar 4-6 menit atau 300-400 kata untuk sekitar 5-8 menit.

Jika pada soal di atas kita menjawab lebih banyak Yes dibandingkan No, maka seharusnya kita lebih cocok dan mampu meraih score lebih tinggi dengan TOEFL iBT.

Kemudian pertanyaan selanjutnya:

  • I am comfortable having a detailed interview in-person. YES/NO
  • I have legible English handwriting. YES/NO
  • I can understand a variety of dialects of English. YES/NO
  • I prefer tests with many question types, including multiple choice, fill-in-the-blank, matching, true/false, and flowcharts. YES/NO
  • I feel most comfortable discussing non-academic topics in English. YES/NO
  • The authentic English sources that I read/listen to/watch are usually made to entertain. YES/NO
Jika pada bagian di atas kita lebih banyak menjawab Yes dibandingkan No, maka seharusnya kita lebih cocok dan mampu meraih score lebih tinggi dengan IELTS.


PENUTUP

Perlu menjadi catatan penting, menurut saya pribadi, faktor yang paling penting untuk menentukan tes apa yang harus diambil berdasarkan urutan prioritasnya adalah tujuan institusi, waktu dan uang, kecenderungan terhadap salah satu tes. Ingat, Tujuan, Waktu, dan Uang HADIR TERLEBIH DAHULU sebelum kecenderungan terhadap salah satu tes. Dengan mengutamakan institusi tujuan, waktu, dan uang, maka teman-teman tidak akan mengorbankan rencana studi lanjut hanya karena sekedar salah pilih tes atau kecenderungan terhadap salah satu tes IRET.

Pada bagian kecenderungan terhadap salah satu tes IRET, ingat, tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai yang objektif dan nilai yang paling tinggi, bukan karena kecenderungan terhadap salah satu tes yang diutamakan.

Ketika sudah sampai pada pilihan TOEFL iBT vs IELTS, silahkan baca kembali artikel bagian #2 dan sub artikel di atas tentang ibt vs ielts. Silahkan lakukan simulasi dari free sample nya sehingga teman-teman dapat memahami real experience dari kedua tes seperti apa. Pahami kembali, mana yang mampu memberikan nilai yang objektif dan paling tinggi di antara keduanya, pahami kembali mana yang paling cocok dengan background inggris teman-teman. Saya mengingatkan sekali lagi, parameter 1 dan 2 jauh lebih penting dibandingkan kecenderungan teman-teman terhadap salah satu tesnya.

Selesai sudah artikel bagian 3 ini. Seperti yang telah saya sampaikan artikel bagian 3 ini lebih cenderung berisikan opini (kecuali ibt vs ielts) dibandingkan faktanya. Teman-teman tentu bisa saja memiliki pendapat yang berbeda terkait parameter apa saja yang penting dalam memilih IRET. 

Silahkan berkomentar di artikel ini dan sampaikan pandangan teman-teman, syukur-syukur teman-teman di luar sana yang masih bingung mendapatkan gambaran yang lebih baik lagi. Kemudian jika sekiranya ada yang salah atau kurang tepat, mohon langsung chat atau komentar di artikel ini ya. Kalau bisa di chat, biar langsung diubah.

Silahkan dinanti artikel bagian 4 tentang tips dan trik TOEFL iBT ~

You May Also Like

0 comments